PENENTUAN KADAR KREATININ URIN
Penanggung Jawab: Ina Sholihah ( J310120005 )
I.
Tujuan
Mahasiswa
mampu dapat
mengetahui cara pemeriksaan dan menentukan kadar kreatinin dalam urin.
II.
Prinsip
Kreatinin dengan asam pikrat
alkalis membentuk kreatinit pikrat yang berwarna merah. Intensitas warna merah
menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca pada
fotometer.
III.
Tinjauan
Pustaka
Kreatinin merupakan produk
penguraian kreatin.
Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam
hampir semua otot rangka yang berikatan dalam bentuk kreatin fosfat ( creatin phosphate, CP ), suatu senyawa
penyimpanan energi.
Dalam sintesis ATP ( adenosine triphospate ) dari ADP (adenosine
diphospate), kreatin
fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian
energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin
yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin. ( Riswanto, 2010 )
Kreatinin
dalam urin terbentuk dan fosfokreatinin. Kecepatan ekskresi kreatinin relative
konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu, ekskresi kreatinin dari setiap
individu manusia hampir
selalu konstan seperti halnya kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan
demikian cara terbaik untuk mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24
jam adalah melalui penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang
relatif konstan terhadap laju
kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda pada
setiap individu. Kreatinin lebih banyak diekskresikan oleh laki-laki daripada wanita. Dasar
perbedaan ini dapat dilihat pada pertumbuhan otot antara laki-laki dan wanita.
Bayi mempunyai laju ekskresi urin rendah
dan akan terus bertambah pada masa kanak-kanak dan
remaja. ( Murpratama,
2009 )
Ginjal
mempertahankan kreatinin
darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator
yang cukup handal fungsi ginjal. Sebagai ginjal menjadi cacat dengan alasan
apapun, tingkat kreatinin dalam urin akan meningkat karena clearance miskin
oleh ginjal. Abnormal tingkat tinggi kreatinin sehingga memperingatkan
kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Pemeriksaan jumlah kreatinin urin
lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak
kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance. ( Siamak, 2009 )
Pemeriksaan
kreatinin dapat menggunakan beberapa metode sebagai berikut: Jaffe reaction,
dasar yang digunakan metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan
asam pikrat membentuk senyawa kuning
jngga dan menggunakan alat ukur photometer;
Kinetik, metode ini relatif
sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan alat yang digunakan
autoanalyzer; Enzimatik darah, dasar metode ini adalah adanya substrat dalam
sampel bareaksi
dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer. ( Underwood, 1997 )
Kadar
kreatinin memiliki batas normal, yaitu antara 0,5 -1,5 mg/dl. Namun nilai rujukan
dalam menentukan kadar kreatinin urin, yaitu 0,6 – 1,2 mg% untuk urin sewaktu dan
1 – 1,5 mg % untuk urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin lebih tinggi dari normal
dapat menunjukkan bahwa terkena akut tubular nekrosis, dehidrasi, diabetes nefropati, eklamsia (suatu
kondisi kehamilan yang meliputi kejang), glomerulonefritis, gagal ginjal,
penyakit otot menyusun, preeklampsia
(kehamilan – induced
hipertensi), pielonefritis, ginjal berkurangnya aliran darah (syok, gagal
ginjal, jantung kongestif), rhabdomyolysis,
obstruksi saluran kemih. Sedangkan hasil kadar
kreatinin lebih rendah dari normal dapat menunjukkan: muscular clystrophy
(tahap akhir) dan myasthenia gravis. (National Institutes of Health, 2007)
IV.
Alat
dan Bahan
1. Alat
a.
Spektrofotometer
b.
Inkubator
c.
Tabung reaksi
d.
Rak tabung reaksi
e.
Selotip
f.
Mikropipet 1000 µl
g.
Mikropipet 250 µl
h.
Mikropipet 50 µl
|
2. Bahan
a.
Urin 0,5 ml (50 µl)
b.
Reagen Kreatinin I
(NaOH 1 %) 1 ml
c.
Reagen Kreatinin II
(asam pikrat) 0,25 ml
|
V.
Cara
Kerja
|
Tambahkan 1000 µl (1 ml) reagen warna kreatinin I (NaOH 1 %)
|
|
Nilai normal kadar
kreatinin urin
-
Urin sewaktu =
0,6 – 1,2 mg %
-
Urin 24 jam =
1 – 1,5 mg %
VI.
Hasil
Pengamatan
a. Tabel
hasil pengamatan perubahan warna
Sampel
|
Perlakuan
|
Perubahan warna
|
||
Urin B
|
Urin dipipet 50µl (0,05 ml)
|
|
||
Ditambah reagen warna kreatinin
I (NaOH 1 %) 1 ml
|
|
|||
Diinkubasi 5 menit dengan
temperature 370C
|
|
|||
Tambahkan 250 µl (0,25 ml) reagen warna kreatinin
II (asam pikrat)
|
|
|||
Baca pada spektrofotometer dengan λ = 546 nm dan
f-2
|
I.
1,402
mg%
|
b. Hasil
pengukuran kadar kreatinin urin
Kelompok
|
Sampel
urin
|
Kadar
kreatinin urin (mg %)
|
Keterangan
|
||
I
|
II
|
x
|
|||
1
|
A
|
1,155 mg%
|
1,303 mg%
|
1,229 mg%
|
Normal
|
2
|
A
|
1,499 mg%
|
1,540 mg%
|
1,540 mg%
|
Tidak normal
|
3
|
A
|
1,363 mg%
|
1,319 mg%
|
1,319 mg%
|
Normal
|
4
|
C
|
1,161 mg%
|
1,419 mg%
|
1,419 mg%
|
Tidak normal
|
5
|
C
|
1,483 mg%
|
1,535 mg%
|
1,535 mg%
|
Tidak normal
|
6
|
C
|
1,638 mg%
|
1,626 mg%
|
1,626 mg%
|
Tidak normal
|
7
|
B
|
1,556 mg%
|
1,573 mg%
|
1,573 mg%
|
Tidak normal
|
8
|
B
|
1,421 mg%
|
1,394 mg%
|
1,394 mg%
|
Normal
|
9
|
B
|
1,402 mg%
|
1,402 mg%
|
1,402 mg%
|
Tidak normal
|
10
|
B
|
1,543 mg%
|
1,526 mg%
|
1,526 mg%
|
Tidak normal
|
VII.
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin urin menggunakan sampel urin,
serta hasilnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan akan diperoleh hasil rata-rata dari
kelompok kami (sembilan) sebesar 1,402
mg% untuk sampel urin B ( wanita ),
jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin urin tersebut tergolong tidak
normal, karena hasil
kadarnya terlalu (
tinggi lebih dari 1,2 mg%). Dalam praktikum
ini, kelompok yang memiliki kadar kreatinin
urin tidak normal (lebih dari 1,2
mg%) adalah kelompok 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10 dan kelompok yang mendapatkan hasil
kadar kreatinin urin normal adalah kelompok 1, 3 dan 8. Semua kelompok menggunakan
sampel urin sewaktu dan menggunakan nilai rujukan kadar kreatinin urin yang
berkisar antara 0.6 – 1.2 mg%.
Berdasarkan
tinjauan pustaka, kreatinin dalam urin terbentuk dari fosfokreatin. Kecepatan
ekskresi keratin relative konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu, ekskresi
kreatinin dari setiap individu manusia
hampir selalu konstan
seperti halnya kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan demikian cara
terbaik untuk mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam adalah
melalui penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relative
konstan terhadap laju kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam
urin berbeda pada setiap individu. (Murpratama, 2009)
Pemeriksaan
kadar kreatinin urin ini dilakukan dengan reaksi Jaffe. Dasar metode ini adalah
kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga
dan menggunakan alat fotometer. Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin
direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Prinsip dari pemerikasaan kreatinin urin ini, dalam suasana alkalis.
Kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna kompleks yang
berwarna kuning-orange. Intensitas warna
sebanding dengan konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri. Penentuan secara fixed time kinetic dapat
meminimalisir pengaruh billirubin dalam sampel urin.
NaOH
Kreatinin +
pikrat kromofor merah
(absorbasi pada 510 nm)
Dalam
penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan kreatinin agar terbentuk
kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test kreatinin,
yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang membentuk
larutan kuning. Selain dengan penambahan asam pikrat (reagen kreatinin II), urin ditambahkan
dengan NaOH1% (reagen kreatinin I) yang bertujuan untuk membuat suasana basa
pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dapat menghasilkan
larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan harus dalam keadaan basa. Jika tidak terbentuk
larutan kompleks berwarna kuning, maka kreatinin tidak dapat diuji dengan
metode spektrofotometer.
Jadi suasana larutan dibuat basa dengan penambahan NaOH.
Dari
pemeriksaan kadar kreatinin urin didapatkan hasil kadar kreatinin urin sebesar
1,402 mg% dengan sampel
urin sewaktu B. Urin
sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tidak ditentukan.
Hasil kadar kreatinin urin dikelompok kami (sembilan) termasuk kategori tidak
normal karena melebihi batas normal yaitu 1,2
mg %. Pada praktikum kali ini,
semua sampel memiliki kadar yang berbeda. Adanya perbedaan tersebut mungkin
dikarenakan kurangnya ketelitian dalam pengambilan sampel urin yang terlalu sedikit,
namun penambahan reagennya terlalu banyak. Selain perbedaan itu, perbedaan
kadar kreatinin urin probandus dengan kadar kreatinum urin normal mungkin
disebabkan oleh gangguan metabolisme
yaitu gagal ginjal.
Faktor
yang dapat mempengaruhi hasil laboraturium adalah obat tertentu yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin urin; kehamilan; aktivitas fisik yang berlebihan;
konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan
laboraturium. (Riswanto,
2010)
Kadar
kreatinin memiliki nilai normal yaitu : 0,6 – 1,2 mg% untuk sampel urin
sewaktu dan 1 – 1.5 mg% untuk sampel urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin
labih tinggi daripada normalnya menunjukkan bahwa orang tersebut terkena akut tubular nekrosis,
dehidrasi, diabetes neforpati, eklamia (suatu kehamilan yang meliputi kejang), glomerulonefritis,
gagal ginjal, penyakit otot menyusun, preeclampsia (kehamilan – induced hipertensi),
pielonefritis, ginjal berkurangnya aliran darah (syok, gagal ginjal, jantung
kongestif), rhabdomyolysis, obstruksi
saluran kemih. Sedangkan kadar
kreatinin lebih rendah dari normal dapat menunjukkan: muscular clystrophy
(tahap akhir) dan myasthenia gravis. (National Institutes of Health, 2007)
VIII.
Kesimpulan
Dari
hasil pemeriksaan kadar kreatinin urin
dengan sampel urin sewaktu tersebut,
kelompok sembilan memiliki hasil kadar kreatinin urin sebesar 1,402 mg% dan termasuk kategori tidak normal.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya ketelitian dalam praktikum dan
kemungkinan adanya gangguan pada fungsi ginjal.